Senin, 28 September 2009

Fenomena Distro di Jogja

"Distributor Outlet" atau yang lebih kita kenal dengan istilah distro, tentunya sudah tidak asing di telinga. Kemunculan distro bagai jamur di musim hujan. Terutama di Jogja hampir setiap sudut kota dengan mudah dapat ditemukan usaha sejenis ini. Bagi para pemilik modal, usaha tersebut dinilai cukup menjanjikan. Sebab dengan modal yang relatif tidak terlalu besar, dalam hitungan bulan saja modal awal sudah kembali. Selain itu barang-barang yang dijual sangat beragam sehingga kalangan anak muda sebagai target pemasaran utama, akan dimanjakan dengan berbagai ragam alternatif kebutuhan mereka.

Keberadaan distro membawa angin segar bagi sebagian kalangan, khususnya para mahasiswa. Distro akan membuka lapangan kerja baru dan secara otomatis pula menyerap tenaga kerja partime yang kebanyakan masih duduk di bangku perguruan tinggi. Di samping rutinitas tetap berjalan, para mahasiswa yang bekerja di distro juga akan memperoleh uang jajan tambahan setiap bulannya. Oleh karena itu, tidak heran jika banyak mahasiswa yang melirik posisi partimer di distro.

Meskipun selama ini keberadaan distro dirasa cukup bermanfaat (secara finansial) bagi pihak-pihak yang terkait, namun bila dicermati lebih jauh fenomena distro membawa dampak negatif yang signifikan terhadap perubahan pola prilaku masyarakat. Anak-anak muda cenderung melupakan atribut kebudayaan lokal, mereka lebih percaya diri dan bangga ketika memakai produk-produk berlabel “distro”. Entah dengan alasan takut dibilang kuno atau tidak gaul, mereka rela merogoh kocek untuk menampilkan kesan glamor dan trendi dalam eksistensi pergaulan sehari-hari. Sudah jelas bahwa lama-kelamaan kebiasaan ini akan membuat mereka menjadi konsumtif, dan akhirnya berujung pada kehidupan yang hedonis dimana doktrin kenikmatan (pleasure) merupakan orientasi utama.

Untuk membangun sebuah bangsa dibutuhkan generasi muda yang tangguh dan berkualitas, tidak hanya sekadar penampilan luar yang modis dan menarik. Akan lebih bijaksana jika pandangan negatif tentang fenomena distro ini dapat menjadi titik awal perubahan diri yang tidak hanya dari kullit luarnya saja. Merebaknyua usaha distro di Jogja akan membawa dampak positif atau negatif berpulang pada diri kita sendiri sebagai individu untuk menyikapinya.